Posted by: Andy Prabowo | 28/04/2009

Ikut ekskul MB? siapa takut…

Tiba-tiba rasanya kangen sekali ingin mendengarkan suara terompet, bariton, trombone, mellophone, snare drum, bass drum, pit instrument dan semua alat lainnya yang biasa dimainkan oleh sebuah unit marching band. Rasanya sudah lama sekali saya tidak mendengarkan sebuah harmonisasi semua alat tsb dalam sebuah pentas marching band.

Padahal 6 tahun yang lalu tepat desember 2003, untuk terakhir kalinya saya mengikuti GPMB di Jakarta. Grand Prix Marching Band (GPMB) sebuah event marching band yang sangat bergengsi utk kaliber lomba marching band tingkat nasional yang ada di Indonesia. Ketika itu saya bermain untuk sebuah nama unit MB yg berasal dari kota kecil kelahiran saya yaitu Cirebon. Listya Dwijaswara,nama yang tidak bakal saya lupakan. Unit yang tidak terlalu besar dan belum semapan seperti Santa Ursula atau Tarakanita. Tapi banyak hal yang saya dapat selama 8 tahun saya bergabung.

Listya Dwijaswara (LD),nama unit marching band yang ada di bawah naungan Yayasan Santo Dominikus yang terkenal dengan sekolah Santa Maria-nya di kota Cirebon. Marching band bagi saya merupakan salah satu ekstrakurikuler yang sangat membantu saya dalam menembangkan potensi lain yg ada pada diri saya.

Saya sadar ketika itu bahwa sekolah dan mendapat pelajaran dari guru-guru saja tidak cukup untuk mendewasakan diri saya. Saya putuskan untuk bergabung dengan ekskul tsb. Walaupun di kala itu sudah banyak pandangan-pandangan negatif mengenai ekskul MB/ Mulai dari stigma buruk yg diberikan oleh beberapa guru di sekolah saya sampai pada pandangan bahwa ikut MB bisa tidak naik kelas sudah merupakan kekebalan sendiri buat saya.

Menurut saya kuncinya adalah bertanggung jawab terhadap waktu. Ekskul apapun juga apabila kita tidak dapat membagi waktu dengan baik antara belajar dan berkegiatan maka hasilnya pun tidak akan memuaskan. Atur waktu dengan baik maka pelajaran dan ekskul maka orang tua dan guru-guru tidak akan komplain terhadap apa yang kita lakukan.

Buat saya sendiri,waktu itu tidak sembarangan orang bisa bermain marching band dengan baik. Karena dalam bermain, di situ membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Karena selain kita hrs memainkan alat musik kita juga melakukan manuver dan membentuk harmonisasi dalam suatu bentuk dan barisan. Jadi tentunya kinerja otak menjadi “multitasking”. Bagi saya tentunya bukan orang bodoh yang bisa melakukannya. Hanya orang-orang yang memiliki musikalitas yang baik yang bisa melakukannya dengan sempurna. Orang-orang tersebut pasti memiliki kemampuan otak kanan yang lebih dominan dibanding otak kirinya.

Nah pengembangan diri seseorang di luar kemampuan otak kirinya inilah yang hendaknya juga perlu diperhatikan oleh para orang tua dan guru-guru di sekolah sekarang. Jadi si anak hendaknya diberi kebebasan yang selua-luasnya dalam mengaktualisasi dirinya. Jangan hanya dituntut supaya anak-anak memiliki nilai yang bagus dalam pelajaran. Lalu hal-hal lain di luarnya tidak diperhatikan. Menurut saya itu tidak mendidik kepribadian seseorang.

Pendidikan kepribadian hendaknya lebih penting dibandingkan pendidikan kemampuan seseorang. Bagi saya, seseorang yang berkepribadian yang baik tentunya memiliki kemampuan logika yang baik pula. Nah pendidikan kepribadian ini tidak bisa hanya didapatkan dengan hanya duduk di kelas saja. Perlu praktik dalam hidup dari pada hanya sekedar mendengarkan ceramah-ceramah. Salah satu caranya adalah dengan mengikuti ekskul.

Kalau terakhir-terakhir ini saya mendengar ada mantan guru saya yang melarang murid-muridnya untuk mengikuti ekskul favorit saya dulu (marching band) bahkan sampai menakut-nakuti murid-muridnya bahwa ikut marching band bisa membuat nilai turun rasanya sungguh prihatin. Menurut saya hendaknya para guru di sekolah mendorong setiap muridnya untuk memiliki soft skill selain hanya memiliki academic skill. Bukan membatasi atau memberikan stigma buruk. Itu berarti sama saja memberikan stigma buruk pada sekolahnya. Karena nama ekskul cenderung identik dengan nama sekolahnya.

Sekolah yang punya ekskul MB bukanlah sekolah biasa-biasa. Karena biaya untuk investasi alat-alatnya saja sudah cukup mahal. Maka dari itu sayang sekali apabila sekolah tsb sudah berinvestasi banyak tetapi murid-muridnya tidak dapat memaksimalkannya.

Perlu diketahui salah satu perguruan tinggi negeri ternama yang ada di Yogyakarta sudah kurang lebih 4 tahun terakhir ini menyelenggarakan program penerimaan mahasiswa barunya melalui jalur prestasi marching band. Bagi saya itu merupakan suatu pembuktian sekaligus pengakuan bahwa dari marching band, bisa muncul bibit-bibit baru yang berpotensi. Sekaligus juga menepis anggapan bahwa hanya murid pintar secara akademik saja yang bisa sekolah di universitas yang baik.

So, ayo tunggu apa lagi buat temen-temen or adik-adik yang ingin bergabung dengan marching band? kalian bakal menyesal deh karena tidak bisa merasakan apa yang pernah saya dapatkan dulu..


Responses

  1. Great banget, Eskul merupakan salah satu pelajaran untuk lebih bertanggung jawab. Dan faktanya benar tuh, yg dibilang kalau guru kurang mendukung kegiatan eskul, harusnya guru mendukung kegiatan eskul dengan teap memperhatikan akademis masing2 murid(mengajarkan bagaimana berbagi waktu).

    • intinya skrg adalah bagaimana mendidik kepribadian seseorang bukan lagi pada mendidik kecerdasan seseorang.. bagi saya seseorang yg berkepribadian baik pasti pny kecerdasan yg baik pula.. itu pasti dan saya percaya.. krn di negeri ini byk org cerdas tp tdk pny kepribadian yg baik.. dtggu respon dr tmn2 yg lain..


Leave a comment

Categories